Rabu, 28 Juli 2010

Duhai Permata Hati

Duhai Permata hati
yang selama ini kucari
kini kau telah kutemui dan ada disisi
temani diri arungi hari

Duhai Permata hati
padamu kutambatkan kerinduan ini
padamu kusemai cinta berharap barokah Ilahi

Duhai Permata hati
kini halal kupandangi indah kilaumu
dalam ikatan suci pernikahan

Duhai Permata hati
ku tak ingin buatmu nampak bercahaya dengan harta
karena harta hanya sementara saja
ijinkanku balurimu dengan ilmu dan keimanan
karena itulah yang kan terbawa hingga akhirat sana

Duhai Permata hati
kepada Ilahi kumohonkan
agar cinta ini menambah cinta kita pada-Nya

Jumat, 23 Juli 2010

BAB I NOVEL LASKAR PELANGI



Sudahkah sahabat membaca Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata? lalu apakah yang sahabat dapatkan dari Novel tersebut?

Beberapa nilai disana dapat kita dapati, tentang nilai-nilai perjuangan untuk meraih dan mewujudkan mimpi serta keindahan suatu persahabatan, dan pada kesempatan ini saya hanya ingin berbagi salah satu Bab dari novel tersebut. Bab I pada novel laskar pelangi menyuguhkan awal cerita perjuangan seorang Ikal yang kelak (dalam lanjutan novel tetralogi laskar pelangi) berhasil mewujudkan impiannya untuk merasakan siraman ilmu di salah satu universitas ternama didunia, yaitu Sorbone University, Prancis. Dalam Bab I tersebut diceritakan hari pertama pembukaan kelas baru di sekolah SD Muhammadiyah, dimana hari itu merupakan hari yang sangat menegangkan bagi dua guru luar biasa yang benar-benar tulus mengabdikan diri mereka dalam dunia pendidikan, yaitu Bu Muslimah dan Pak Harfan, serta 9 orang murid yang menunggu di sekolah yang terletak di desa Gantong, Belitong. Sebab kalau tidak mencapai 10 murid yang mendaftar, sekolah itu akan ditutup. Sebagian besar dari para calon murid tersebut didampingi oleh masing-masing orang tua mereka kecuali satu, Lintang. Ketika pagi beranjak siang dan sang mentari pun mulai meninggi, jumlah murid tidak juga bertambah dan tetap berjumlah 9 orang, raut kecemasan yang sedari tadi menghiasi wajah Bu Mus dan Pak Harfan kini mulai menyebar kepada para orang tua murid yang ada didalam kelas tersebut. Bagaimana jadinya kalau sekolah ini ditutup, akankah anak-anak mereka kehilangan kesempatan untuk mengenyam bangku pendidikan dan hanya menjadi buruh di pasar, pelabuhan atau perusahaan timah yang terdapat di Pulau Belitong, mungkin inilah yang berkecamuk dalam benak dan pikir para orang tua.

Seakan tak mau kompromi, perlahan tapi pasti sang waktu terus mengikis kesempatan bagi 9 calon murid tersebut, hingga ketika kesempatan itu mulai terlihat suram dan menggelap, secercah sinar harapan datang untuk kembali meneranginya, seorang anak berlari dengan ibunya yang kepayahan dan tergopoh-gopoh mengikuti sang anak tersebut menuju SD Muhammadiyah. Raut kecemasan dan ketegangan di wajah Bu Mus dan Pak Harfan serta para orang tua murid berganti menjadi semburat senyum kesyukuran yang menyungging di wajah mereka. Harun, itulah nama anak tersebut, seorang anak yang mempunyai keterbelakangan mental itulah yang telah menjadi penyelamat bagi 9 temannya untuk dapat menikmati pengalaman hidup menuntut ilmu di bangku sekolah dan Harun jualah yang menjadi awalan, bagaimana nantinya Ikal dapat mewujudkan mimpinya kuliah di Sorbone, Prancis. Inilah bentuk keadilan dan keseimbangan yang diperlihatkan Alloh kepada manusia.

Dari bab I novel laskar pelangi tersebut maka mari kita lihat kembali orang-orang di sekitar kita, orang tua kita, keluarga kita, teman kita, mungkin saja mereka merupakan salah satu faktor di balik keberhasilan kita saat ini. Sebagaimana adanya sang mentari dan rembulan yang saling melengkapi untuk memberikan sinarannya kepada sang bumi, kita memang tidaklah sempurna dan penuh kekurangan namun kehadiran orang-orang disekitar kita dapat membuat kehidupan kita akan terasa sempurna karena merekalah yang kan melengkapi kita dan meng-cover kekurangan kita. Wallohu a’lam.

Inspired by rekan satu seksi yang telah berbagi cerita….

Kamis, 08 Juli 2010

Catatan Tentang Seorang Lelaki

Seorang lelaki baik sebagai ayah atau suami tak kan ingin melihat anak istrinya menderita
karena yang ia ingin adalah anak istrinya merasa bahagia

Seorang lelaki baik sebagai ayah atau suami tak kan ingin melihat anak istrinya menangis lara
karena yang ia ingin adalah anak istrinya tersenyum ceria

Seorang lelaki baik sebagai ayah atau suami tak kan ingin melihat anak istrinya bersedih
karena jika itu terjadi maka hatinya pun kan terasa perih

Seorang lelaki baik sebagai ayah atau suami tak kan ingin anak istrinya jua merasakan lelah yang menggelayutinya
karena baginya lelah itu bentuk tanggung jawab terhadap anak istrinya

Karena bagi seorang lelaki
baik sebagai ayah atau suami
hadirnya anak istri disisi adalah sumber kekuatan tersendiri
untuknya menahkodai bahtera rumah tangga mengarungi samudera kehidupan ini
menghadapi debur ombak dan badai yang mungkin kan menghampiri
menuju bahagia yang dimimpi

Karena bagi seorang lelaki
baik sebagai ayah atau suami
hadirnya anak istri disisi adalah sumber semangat tersendiri
untuknya terus melangkahkan kaki melewati tangga-tangga ujian hidup ini
mengharap barokah dan keridhoan Ilahi