Senin, 31 Januari 2011

Bersama Kesulitan ada Kemudahan (2)

28 Januari 2011

Oh ya, sebelum jauh ku bercerita disini sedikit mengingatkan kalau tulisan ini berhubungan dengan tulisanku sebelumnya yaitu Bersama Kesulitan ada Kemudahan. DI tulisan sebelumnya ibundaku masih berkeberatan jikalau diriku dan dirinya melaksanakan akad nikah dahulu, namun setelah ku meminta pendapat kepada salah seorang rekan kerja, beliau menyarankan diriku untuk mencoba kembali melobi ibundaku, bukan berarti menentang ibundaku namun ketika hal yang memang harus disegerakan ternyata ditunda bukan karena alasan yang syar'i maka melobi ibunda adalah jalan ikhtiarku untuk menyegerakan apa yang seharusnya disegerakan. Oleh karenanya, ba'da sholat isya ku telpon Paklik-ku yang selama ini menjadi tempat ibu untuk sharing atau merundingkan sesuatu dalam keluarga besar kami. Pembicaraan dengan Paklik-ku langsung ke inti permasalahan, kusampaikan keberatan ibundaku juga kusampaikan bahwa hal ini (menikah) merupakan salah satu urusan yang tak boleh ditunda-tunda jika memang sudah siap, walaupun akad dahulu kukatakan bahwa itulah sebenarnya substansi dari pernikahan, karena setelah akad itulah ku telah halal bagi istriku dan istriku pun telah halal bagiku masalah resepsi walaupun memang dianjurkan bisa dikatakan sebagai pelengkap saja. Alhamdulillah Paklik-ku sependapat denganku dan ketika ku minta bantuannya untuk melobi ibundaku, beliau bersedia, "Baiklah Fi, besok mungkin akan Paklik telpon ibumu" begitu kata beliau.

29 Januari 2011

Alhamdulillah akhirnya hari yang dinanti datang juga, sabtu, saatnya untuk sejenak merehatkan tubuh ini setelah penat yang menggelantungi diri selama senin-jum'at. Seperti biasa jadwal yang kurancang untuk sabtu ini adalah mencuci pakaian. Sempat bermalas-malasan akhirnya agenda mencuci terlaksana juga (maklum anak kos, hehehehe). Seusai mencuci ku kembali ke kamar, sembari ingin mengetahui jam berapa saat itu kulirik HPku, dan ternyata ada 2 misscall dari Paklik-ku, "Wah pasti Paklik sudah menelpon ibu nieh" batinku. Langsung saja ku telpon balik beliau, dan ternyata benar dugaanku, Paklik telah menelpon ibunda dan menyampaikan seperti apa yang kusampaikan kemarin kepada beliau, kata Paklik-ku setelah beliau menjelaskan kepada ibundaku, sepertinya ibunda sudah menyetujui dan tidak berkeberatan lagi, "Alhamdulillah" batinku.

Ketika pagi beranjak meninggi menuju siang hari satu SMS dari ibundaku masuk ke HP ini, "Fi sudah dapat belum maharnya" begitu isi SMS ibundaku. "Wah, benar nieh kata Paklik, ibu bertanya seperti ini berarti ibu sudah setuju" batinku, lalu kubalas "Belum bu, InsyaAlloh besok baru saya cari".

Dan saat malam datang mengganti siang yang telah tenggelam oleh gelap, ku telpon ibundaku ba'da sholat isya, sembari membicarakan tentang mahar yang baru besok kucari kutanyakan jua bagaimana jadinya kalau akad dahulu, dan ibundaku berkata "ya sudah ndak apa-apa kalau akad dahulu..." Alhamdulillah...berulang kali ku puji nama-Mu Ya Alloh....

Kemarin saat kesulitan datang menyapa ku yakinkan diri bahwa pasti di ujung jalannya Alloh telah memarkir Kemudahan, dan Alhamdulillah kemudahan itu akhirnya Alloh berikan padaku dalam urusan ini. Karena dalam ayat cinta-Nya yang begitu indah, Alloh telah tegaskan dua kali "Fa Innama'al 'usri yusro. Innama'al 'usri yusro." (Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan) Q.S 94 : 5-6.

Sedikit saja membahas dua ayat diatas (jadi biar ngga cuman curhat doank, tapi nambah ilmu juga...hehehehehehehehe), saya ambilkan pembahasan dari tafsir Juz 'amma karya Syaikh Utsaimin disebutkan bahwa Ibnu Abbas Radhiyallohu anhu tentang ayat ini berkata, "Tidak akan mungkin satu kesulitan akan mengalahkan dua kemudahan".*

menurut ahli balaghah, "Arah perkataanya adalah bahwa kesulitan tidak disebut melainkan satu kali". Lho kok bisa?

Jadi Kesulitan yang pertama diulang dalam kesulitan yang kedua dalam bentuk ma'rifah** sedangkan kemudahan disebut dalam bentuk nakirah. Kaidahnya, jika ism disebut dua kali dengan bentuk ma'rifah, maka yang kedua sesungguhnya adalah yang pertama, kecuali sangat sedikit yang tidak demikian. Sedangkan jika ism disebut dua kali dalam bentuk nakirah, maka dia bukan yang pertama. Jadi di dalam dua ayat yang mulia diatas, dua kemudahan dan satu kesulitan. Karena kesulitan disebutkan dua kali dengan bentuk ma'rifah.

Perkataan ini adalah berita dari Alloh Azza Wa Jalla dan berita-Nya adalah berita yang paling sempurna kebenarannya. Janji-Nya tidak pernah diingkari.

Setiap kali suatu perkara sulit bagi anda, maka tunggulah Kemudahannya.


* : Al-Muwaththa', (2/446); Ibnu Abi Syaibah, (5/335, 13/308); Al-baihaqi, Syu'ab Al-Iman, (7/205-206); dan Al-hakim, (2/301).

** : lafazh yang menunjukkan benda tertentu


Sumber : Pengalaman Pribadi dan Tafsir Juz 'Amma karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin terbitan Darul Falah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar